AKSARA YANG MATI
Aku yang tergeletak di sudut ruang yang berdebu
Dengan dinding yang tak terurus serta atap genting yang siap dibasahi bila hujan turun
Kuhitung bambu penyangga atap
Seakan berkata mohon izin esok mereka roboh
Tersapu angin terhujam badai
Aku yang berdiri di ruangan yang terbagi empat
aku mencoba menyalakan korek apiku yang tinggal dua batang
Ternyata malam tak dapat merubah keadaannya
Bayangan serta pemandangannya riuh gemuruh
Bocah bocah kecil yang menangis sambil tertawa
Akan menusuk jantungku yang tak bisa apa apa
Aku yang menyandar di tiang barisan kedua
Didepan jendela gedung yang berkaca pagar bambu dilapisi pelastik
Jujur aku tak bercermin diri, aku tak meraba diri siapa aku!!!
Mendirikan tiang gedung ini hanya dengan niat
Ya Allah ya Tuhan maafkan hamba
Hamba bukan Pahlawan, bukan Wali, bukan Nabi atau Rasul
Hamba hanya pengemis hutan yang kehilangan Rimba.
Aku yang berdiri didepan gedung
Dimalam ini hanya mampu meninggalkan air mata
Tanpa bisa berbuat apa-apa
Pulang melangkah disela kabut halimun menjelang pagi
Dan esok, esok dan esoknya lagi gedung itu tetap menanti roboh
Subhanalloh.
W, Adi Priayillira
10 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar